


IMMUNITY
A Solo Exhibition by Friski Jayantoro
Bertepatan dengan diresmikannya Relief Gallery yang bertempat di 1st Floor of Rays UMM Hotel jl. Raya Sengkaling No 1 Malang, Friski Jayantoro menggelar pameran tunggal pada 7 September – 7 Oktober 2022.
Mengusung tajuk Immunity, Friski seniman kelahiran Kediri yang banyak berproses karya seni di kota Malang dan Batu, menyuguhkan karya-karya yang menyoroti persoalan penyakit, daya tahan tubuh dan obat-obatan.
Sedikit banyak yang melatarbelakangi karya friski dalam seri obat ini adalah beberapa potongan ingatan keresahan yang dihadapinya ketika dia harus dua kali operasi mata ikan pada telapak kaki, lalu pernah terkena serangan covid 19 sekeluarga dan pernah terkena saraf terjepit di bagian pinggang yang sangat lama hingga tidak bisa banyak beraktifitas seperti manusia normal pada umumnya. Berkali kali ke dokter gigi untuk menambal dan mencabut gigi, hingga sekitar sebulan sebelum pameran ini berlangsung Friski sangat merasa kehilangan kakeknya yang meninggal setelah 2 kali mengonsumsi obat yang waktunya berdekatan yang seharusnya 1 x sehari, dan friski baru mengetahui ternyata hampir seluruh keluarganya mengonsumsi obat dengan rutin, seperti ayahnya mengonsumsi obat darah tinggi dan ibunya yang mengonsumsi obat saraf karena tidak bisa tidur dalam beberapa hari.
Manusia dalam melangsungkan kehidupannya di dunia rawan terhadap serangan penyakit. Patogen istilah medis untuk kuman merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia maupun hewan. Jenis patogen pun bermacam-macam mulai dari virus, bakteri, jamur hingga cacing dan setiap jenisnya bisa menimbulkan penyakit yang berbeda pada manusia. Mikroorganisme patogen penyebab penyakit bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, bisa lewat kontak fisik yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh kuman, virus , kutu ataupun lewat hewan terinfeksi patogen, melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi ataupun lewat darah dan cairan tubuh lainnya seperti penyakit menular HIV,gonore, sipilis dan hepatitis B. Selain melalui kontak fisik infeksi patogen bisa menular melalui udara seperti flu, pneumonia, covid 19 dan tuberkolosis.
Tubuh manusia memiliki sel/jaringan khusus untuk menghadapi ancaman serangan patogen. Beberapa respon ini terjadi segera, sehingga agen infeksi dapat dengan cepat dibendung dan secara kolektif perlindungan tubuh ini dikenal dengan sistem kekebalan tubuh (imunitas). Sistem kekebalan manusia sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia di dunia yang penuh dengan mikroorganisme yang berpotensi bahaya.
Infeksi terjadi ketika patogen menyerang sel-sel tubuh. Infeksi biasanya menyebabkan respon umum. Jika responnya cepat dan efektif, infeksi akan hilang dan ditanggulangi dengan cepat sehingga penyakit tidak akan terjadi. Penyakit dapat terjadi ketika kekebalan tubuh rendah atau terganggu sehingga jumlah patogen dalam tubuh berjumlah banyak dan kemampuannya untuk merusak sel tubuh semakin tinggi.
Sistem pertahanan tubuh berperan dalam mengenal , menghancurkan serta menetralkan benda-benda asing atau sel abnormal yang berpotensi merugikan tubuh. Terdapat 2 jenis sistem imunitas dalam tubuh yaitu pertahanan tubuh bawaan yang memberikan respon langsung terhadap berbagai antigen untuk melindungi tubuh dan imunitas buatan yaitu imunitas yang diperoleh dari pemberian vaksin.
Sel darah putih merupakan salah satu bagian terpenting dalam sistem imunitas/kekebalan tubuh manusia. Sel darah putih menghasilkan antibodi yaitu zat yang dapat membasmi virus. Bakteri, parasit dan zat berbahaya yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Proses perlindungan tubuh dalam menghadapi serangan patogen terefleksikan dalam karya Friski bertajuk Keep Fighting dengan menghadirkan sapuan warna pekat dari bitumen ( pelapis anti karat mirip aspal) pada bidang kanvas berbentuk lingkaran semacam pil dan terdapat goresan dan lelehan tersebar diatas bitumen dan ada simbol palang merah ditingkahi dengan coretan teks-teks pada sudut kanan bidang kanvas berisi catatan harapan dan ungkapan yang baru iya sadari seperti “i want to life forefer, but i think so difficult, aku ingin hidup kekal abadi tapi mustahil, yang membunuh bukan racun tapi dosisnya, overdosis”. Sementara itu pada sepertiga bagian dari sapuan bitumen terlapisi cat warna ochre dengan text “booster”.
Dalam karyanya bertajuk Getting Old Friski menggoreskan warna pekat bitumen pada bidang kanvas yang menyerupai kapsul, dengan 2 bagian potongan kanvas yang disatukan menjadi satu kesatuan. Bertumpuk bidang warna suram menimpali bitumen dan bidang warna ochre berada pada layer depan. Karya ini sepertinya menggambarkan serbuan patogen terhadap tubuh manusia. Semakin tua usia manusia, daya tahan tubuh cenderung semakin lemah atau tidak bekerja semestinya. Sistem imun yang diharapkan mampu melindungi tubuh dari serbuan patogen mungkin akan merespon lebih lama. Beragam patogen semakin gencar menerobos dinding pertahanan manusia. Oleh karena itu, mencegah memang lebih baik dibandingkan mengobati jika kita berbicara tentang masalah ini.
Pada karyanya yang bertajuk Instant Immunity, pada bidang kanvas yang menyerupai kapsul, sapuan warna pekat bitumen hampir dua pertiganya tertutupi sapuan cat warna ochre yang seperti menjadi metafor dari sel darah putih dan diatas warna ochre terdapat teks-teks yang ditorehkan dalam bentuk tulisan tangan dengan membandingkan instan immunity dengan natural immunity yang saling menguatkan. Dan diatas tumpukan warna bitumen dan warna ochre menyilang warna hijau army. Dalam karyanya ini Friski seakan ingin berbicara bahwa untuk melindungi tubuh dari berbagai infeksi dan penyakit akibat patogen tidak harus tergantung pada obat-obatan yang akan memunculkan efek samping bagi kesehatan. Lebih baik membangun pertahanan tubuh secara alami dengan menerapkan pola hidup sehat melalui konsumsi makanan bergizi, olahraga rutin, kurangi stress dan istirahat yang cukup.
Lewat karya-karya yang disuguhkan Friski dalam pameran tunggal perdananya, friski sangat menghargai betapa penting manusia menjaga kesehatan sebelum terserang penyakit, namun yang juga perlu disadari bukan hanya racun yang dapat membunuh tapi dosisnya.
Penulis: Akhmadi Budi Santoso (Leck Budi)